Senin, 25 Februari 2013

EDI.PRADANA (123) 9E


Konselin Rremaja

Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun 1990 membuktikan bahwa teman sebaya kini menjadi pengaruh terbesar bagi remaja, diikuti kemudian oleh musik rap, televisi, rumah, dan sekolah. Gereja bahkan tidak ada dalam daftar tersebut!
Selain berita ini, sebagian besar anak muda (92%) ingin belajar lebih dalam lagi tentang nilai-nilai. Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa anak-anak muda ini secara intuitif memahami bahwa masalah-masalah besar, seperti kekerasan, seks bebas, ketidakhadiran orang tua, penyalahgunaan obat-obatan, dan kehamilan di usia muda akan lebih mudah diselesaikan bila nilai-nilai moral diajarkan dan dipercayai.
Namun, pendeta yang mengonseling para remaja harus memahami bahwa remaja generasi sekarang ini adalah generasi yang pesimis. Banyak anak remaja yang memandang warisan mereka sebagai dunia yang terpolusi dan masyarakat yang terpecah-pecah karena ras yang sebagian besar tertekan oleh masalah-masalah sosial yang bertumpuk-tumpuk. Mereka merasa dicurangi dan dikhianati oleh kemungkinan bahwa masa-masa emas suatu era akan berakhir. Generasi baru anak-anak muda ini mempertanyakan kekuasaan dan membawa penghinaan yang dapat dilihat secara hierarki. Dalam beberapa hal, anak-anak muda ini terus bergerak, sangat ingin berkembang tetapi takut pada konsekuensi-konsekuensi.

Berbicara dengan Anak Remaja
Meski situasinya buruk, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Berikut beberapa saran yang bisa menolong kita melayani dengan efektif remaja-remaja masa kini yang terluka.
  1. Hindari berlaku seperti seorang remaja supaya bisa menjalin relasi dengan mereka.
Ini adalah kesalahan yang umum terjadi secara terus-menerus. Seorang konselor tidak perlu mengenakan pakaian model terbaru, mendengarkan musik, atau menggunakan bahasa gaul (yang kelihatannya aneh) untuk bisa menjalin relasi dengan anak muda.
  1. Menjadi pendengar yang ahli.
Dengarkan anak-anak remaja dengan apa yang disebut Theodore Reik sebagai "telinga ketiga". Konseling akan mati bila dilakukan tanpa mendengarkan hati yang terluka -- kecemasan, kesedihan, rasa malu, kesepian -- yang ada di balik anak muda yang tampaknya biasa-biasa saja. "Cepatlah untuk mendengar tetapi lambat untuk berkata-kata." (Yakobus 1:19)
  1. Tunjukkan peliknya masalah-masalah yang ditunjukkan oleh para remaja.
Gunakan alat-alat penilaian, misalnya "Helping the Strugling Adolescent: A Counseling Guide" (Zondervan). Sumber bahan ini berisi formulir-formulir dan tuntunan-tuntunan untuk menilai suatu masalah -- depresi, rasa bersalah, kecemasan, dukacita, penyalahgunaan obat-obatan, kelainan makan, dan masalah-masalah lainnya -- dengan cepat.
  1. Tantanglah kata-kata yang berlebihan dalam percakapan.
Beberapa remaja menjelaskan suasana hidup mereka dalam ungkapan yang global, misalnya "Semuanya berantakan", "Tidak ada yang benar", "Ayah benar-benar bodoh". Selama mereka terus melihat dunia dengan cara yang seperti ini, mereka tetap akan terpojok. Bekerja keraslah untuk menyingkirkan ungkapan-ungkapan yang tidak masuk akal ini.
  1. Biasakanlah diri dengan hal-hal yang mereka hadapi.
Remaja zaman sekarang membutuhkan konselor yang tidak malu terhadap masalah-masalah seperti masturbasi, penggunaan obat terlarang, perceraian orang tua, kematian teman, perkosaan, atau masalah-masalah seksual lainnya. Dengan atau tanpa bantuan, anak-anak remaja akan menghadapi masalah-masalah itu.
  1. Mintalah bantuan pada sebuah badan atau kelompok-kelompok pendukung.
Mereka yang tidak punya pengalaman secara khusus menangani masalah anak-anak muda bisa mengarahkan para remaja ini kepada seseorang yang sudah berpengalaman dalam menangani masalah remaja. Remaja yang berjuang terhadap pelecehan yang dilakukan orang tua, depresi yang berat, bunuh diri, masalah makanan, fobia, masalah tidur, atau kecanduan obat-obatan, bisa disembuhkan dengan bantuan seorang ahli. Pendeta tidak akan dapat membantu setiap remaja yang bergumul.
Buddy Scott, penulis "Relief for Hurting Parents", mendirikan dan memimpin suatu agensi yang menolong keluarga dari para remaja. Kelompok pendukungnya, "Parenting Within Reason", adalah sumber yang sangat baik bagi orang tua dan penolong-penolong lainnya.
Sayangnya, tidak ada formula yang universal atau sederhana tentang menyelesaikan masalah-masalah anak muda sekarang yang begitu kompleks. Bila kita membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka, kita akan perlu melakukan prinsip-prinsip yang telah terbukti secara psikologi kontemporer ini dengan tetap bersandar pada teologi alkitabiah, dan mencari pimpinan Roh Kudus dalam setiap usaha kita.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar