D. SUMBER ARUS LISTRIK
Kamu
sudah mengetahui bagaimana terjadinya arus listrik. Selain itu kamu juga sudah
mengenal komponen yang dapat membantu gerakan elektron dalam suatu rangkaian.
Suatu komponen yang berfungsi sebagai tempat untuk mengubah satu jenis energi,
misalnya energi kimia dan energi gerak, menjadi energi listrik disebut sumber
arus listrik. Contohnya baterai, akumulator, dan generator.
Sumber
arus listrik dibedakan menjadi dua, yaitu sumber arus listrik bolak-balik (AC)
dan sumber arus listrik searah (DC). Sumber arus listrik AC dihasilkan oleh
dinamo arus AC dan generator. Ada beberapa macam sumber arus searah, misalnya
sel volta, elemen kering (baterai), akumulator, solar sel, dan dinamo arus
searah. Elemen volta, batu baterai, dan akumulator merupakan sumber arus searah
yang dihasilkan oleh reaksi kimia. Oleh karena itu, elemen volta, batu baterai,
dan akumulator sering disebut elektrokimia. Dikatakan elektrokimia sebab alat
tersebut mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Elemen
dibedakan menjadi dua, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer
adalah elemen yang setelah habis muatannya tidak dapat diisi kembali. Contohnya
elemen volta dan batu baterai. Elemen sekunder adalah elemen yang setelah habis
muatannya dapat diisi kembali. Contohnya akumulator (aki). Pada elemen volta,
baterai, dan akumulator terdapat tiga bagian utama, yaitu
1. anode,
elektrode positif yang memiliki potensial tinggi,
2. katode,
elektrode negatif yang memiliki potensial rendah,
3. larutan
elektrolit, cairan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Untuk
lebih memahami prinsip kerja beberapa contoh elektrokimia, ikutilah uraian
berikut.
1. Elemen Volta
Elemen
Volta dikembangkan pertama kali oleh Fisikawan Italia bernama Allesandro Volta
(1790 - 1800) dengan menggunakan sebuah bejana yang diisi larutan asam sulfat
(H2SO4) dan dua logam tembaga (Cu) dan seng (Zn). Bagian utama elemen Volta,
yaitu
1. kutub
positif (anode) terbuat dari tembaga (Cu),
2. kutub
negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
3. larutan
elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4).
Lempeng
tembaga memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng memiliki potensial
rendah. Jika kedua lempeng logam itu dihubungkan melalui lampu, lampu akan
menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir pada lampu.
Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan logam tembaga
maupun seng sehingga menghasilkan sejumlah elektron yang mengalir dari seng
menuju tembaga. Adapun, reaksi kimia pada elemen Volta adalah sebagai berikut.
1. Pada
larutan elektrolit terjadi reaksi H2SO4 → 2H+ + SO2–4
2. Pada kutub
positif terjadi reaksi Cu + 2H+ → polarisasi H2
3. Pada kutub
negatif terjadi reaksi Zn + SO4 → ZnSO4+ 2e
Reaksi
kimia pada elemen Volta akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen
(H2). Gas hidrogen tidak dapat bereaksi dengan tembaga, sehingga gas hidrogen
hanya menempel dan menutupi lempeng tembaga yang bersifat isolator listrik. Hal
ini menyebabkan terhalangnya aliran elektron dari seng menuju tembaga maupun
arus listrik dari tembaga menuju seng. Peristiwa tertutupnya lempeng tembaga
oleh gelembung-gelembung gas hidrogen disebut polarisasi. Adanya polarisasi gas
hidrogen pada lempeng tembaga menyebabkan elemen Volta mampu mengalirkan arus
listrik hanya sebentar. Tegangan yang dihasilkan setiap elemen Volta sekitar
1,1 volt. Penggunaan larutan elektrolit yang berupa cairan merupakan kelemahan
elemen Volta karena dapat membasahi peralatan lainnya.
2. Elemen Kering
Elemen
kering disebut juga baterai. Elemen kering pertama kali dibuat oleh Leclance.
Bagian utama elemen kering adalah
1. kutub
positif (anode) terbuat dari batang karbon (C),
2. kutub
negatif (katode) terbuat dari seng (Zn),
3. larutan
elektrolit terbuat dari amonium klorida (NH4Cl),
4. dispolarisator
terbuat dari mangan dioksida (MnO2).
Baterai disebut elemen kering, karena
elektrolitnya merupakan
campuran
antara serbuk karbon, batu kawi, dan salmiak yang berwujud pasta (kering).
Batang karbon (batang arang) memiliki potensial tinggi, sedangkan lempeng seng
memiliki potensial rendah. Jika kedua elektrode itu dihubungkan dengan lampu
maka lampu akan menyala. Hal ini membuktikan adanya arus listrik yang mengalir
pada lampu. Ketika lampu menyala, larutan elektrolit akan bereaksi dengan seng.
Adapun, reaksi kimia pada batu baterai adalah sebagai berikut.
1. Pada
larutan elektrolit terjadi reaksi Zn + 2NH4Cl → Zn2+ + 2Cl + 2NH3 + H2
(ditangkap dispolarisasi)
2. Pada
dispolarisator terjadi reaksi H2 + 2MnO2 → Mn2O3 + H2O
Reaksi
kimia pada batu baterai akan menghasilkan gelembung-gelembung gas hidrogen
(H2). Gas hidrogen akan ditangkap dan bereaksi dengan dispolarisator yang
berupa mangan dioksida (MnO2) menghasilkan air (H2O), sehingga pada batu
baterai tidak terjadi polarisasi gas hidrogen yang mengganggu jalannya arus
listrik. Bahan yang dapat menghilangkan polarisasi gas hidrogen disebut
dispolarisator. Adanya bahan dispolarisator pada batu baterai, menyebabkan arus
listrik yang mengalir lebih lama. Setiap batu baterai menghasilkan tegangan 1,5
volt. Elemen kering (batu baterai) banyak dijual di toko karena memiliki
keunggulan antara lain tahan lama (awet), praktis karena bentuk sesuai
kebutuhan, dan tidak membasahi peralatan karena elektrolitnya berupa pasta
(kering).
3. Akumulator
Akumulator
sering disebut aki. Elektrode akumulator baik anode dan katode terbuat dari
timbal (Cu) berpori. Bagian utama akumulator, yaitu
1. kutup
positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2),
2. kutub
negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb),
3. larutan
elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.
Lempeng
timbal dioksida dan timbal murni disusun saling bersisipan akan membentuk satu
pasang sel akumulator yang saling berdekatan dan dipisahkan oleh bahan penyekat
berupa isolator. Beda potensial yang dihasilkan setiap satu sel akumulator 2
volt. Dalam kehidupan sehari-hari, ada akumulator 12 volt yang digunakan untuk
menghidupkan starter mobil atau untuk menghidupkan lampu sein depan dan
belakang mobil. Akumulator 12 volt tersusun dari 6 pasang sel akumulator yang
disusun seri. Kemampuan akumulator dalam mengalirkan arus listrik disebut
kapasitas akumulator yang dinyatakan dengan satuan Ampere Hour (AH). Kapasitas
akumulator 50 AH artinya akumulator mampu mengalirkan arus listrik 1 ampere
yang dapat bertahan selama 50 jam tanpa pengisian kembali.
a. Proses Pengosongan Akumulator
Pada
saat akumulator digunakan, terjadi perubahan energi kimia menjadi energi
listrik dan terjadi perubahan anode, katode dan elektrolitnya. Pada anode
terjadi perubahan yaitu timbal dioksida (PbO2) menjadi timbal sulfat (PbSO4).
Perubahan yang terjadi pada katode adalah timbal murni (Pb) menjadi timbal
sulfat (PbSO4). Adapun pada larutan elektrolit terjadi perubahan, yaitu asam
sulfat pekat menjadi encer, karena pada pengosongan akumulator terbentuk air
(H2O). Susunan akumulator adalah sebagai berikut.
1. Kutub
positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbO2).
2. Kutub
negatif (katode) terbuat dari timbal murni (Pb).
3. Larutan
elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) dengan kepekatan 30%.
Ketika
akumulator digunakan, terjadi reaksi antara larutan elektrolit dengan timbal
dioksida dan timbal murni sehingga menghasilkan elektron dan air. Reaksi kimia
pada akumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut.
1. Pada
elektrolit : H2SO4 →2H+ + SO4 2–
2. Pada
anode: PbO2 + 2H+ + 2e + H2SO4 →PbSO4+2H2O
3. Pada
katode : Pb + SO 42 → PbSO4
Pada
saat akumulator digunakan, baik anode maupun katode perlahan - lahan akan
berubah menjadi timbal sulfat (PbSO4). Jika hal itu terjadi, maka kedua
kutubnya memiliki potensial sama dan arus listrik berhenti mengalir.
Terbentuknya air pada reaksi kimia menyebabkan kepekatan asam sulfat berkurang,
sehingga mengurangi massa jenisnya. Keadaan ini dikatakan akumulator kosong
(habis).
b. Proses Pengisian Akumulator
Akumulator
termasuk elemen sekunder, sehingga setelah habis dapat diisi kembali. Pengisian
akumulator sering disebut penyetruman akumulator. Pada saat penyetruman
akumulator terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Perubahan
yang terjadi pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal
dioksida (PbO2). Perubahan pada anode, yaitu timbal sulfat (PbSO4) berubah
menjadi timbal murni (Pb). Kepekatan asam sulfat akan berubah dari encer
menjadi pekat, karena ketika akumulator disetrum terjadi penguapan air.
Bagaimanakah cara menyetrum akumulator?
Untuk
menyetrum akumulator diperlukan sumber tegangan DC lain yang memiliki beda
potensial yang lebih besar. Misalnya akumulator 6 volt kosong harus disetrum
dengan sumber arus yang tegangannya lebih dari 6 volt. Kutub - kutub akumulator
dihubungkan dengan kutub sumber tegangan. Kutub positif sumber tegangan
dihubungkan dengan kutub positif akumulator. Adapun, kutub negatif sumber
tegangan dihubungkan dengan kutub negatif akumulator. Rangkaian ini menyebabkan
aliran elektron sumber tegangan DC berlawanan dengan arah aliran elektron
akumulator.
Elektron
- elektron pada akumulator dipaksa kembali ke elektrode akumulator semula,
sehingga dapat membalik reaksi kimia pada kedua elektrodenya. Agar hasil
penyetruman akumulator lebih baik, maka arus yang digunakan untuk mengisi kecil
dan waktu pengisian lama. Besarnya arus listrik diatur dengan reostat. Pada
saat pengisian terjadi penguapan asam sulfat, sehingga menambah kepekatan asam
sulfat dan permukaan asam sulfat turun. Oleh sebab itu, perlu ditambah air
akumulator kembali.
Susunan
akumulator yang akan disetrum (diisi) dalam keadaan masih kosong, yaitu
1. kutub
positif (anode) terbuat dari timbal dioksida (PbSO4),
2. kutub
negatif (katode) terbuat dari timbal murni (PbSO4),
3. larutan
elektrolit terbuat dari asam sulfat (H2SO4) encer.
Reaksi
kimia saat akumulator diisi, yaitu
1. pada
elektrolit : H2SO4 →2H+ + SO4 2–
2. pada
anode : PbSO4 + SO4 2– + 2H2O→ PbO2 + 2H2SO4
3. pada
katode: PbSO4 + 2H+ → Pb + H2SO4
Jadi,
saat penyetruman akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan katode yang
berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan timbal murni
(Pb).
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar