Sistem Ekskresi Pada Manusia
Rangkuman Bab Sistem Ekskresi Pada Manusia | Rangkuman Bab
Sistem Ekskresi Pada Manusia ini semoga bisa
bermanfaat bagi teman-teman yang mencari referensi tambahan untuk sekolahnya | Rangkuman
Bab Sistem Ekskresi Pada Manusia semoga bermanfaat ya.
Terima Kasih... |
Di dalam tubuh manusia terjadi metabolisme. Metabolisme
merupakan
proses molekul suatu zat dalam sel dari bentuk sederhana ke
bentuk kompleks
atau sebaliknya. Metabolisme tidak menghasilkan bahan-bahan yang
bermanfaat
bagi tubuh. Jika bahan-bahan tersebut terus berada di dalam
tubuh kita, akan
terjadi ketidakseimbangan kimia di dalam tubuh kita.
Ketidakseimbangan tersebut
akan mengganggu proses-proses metabolisme yang
lain.
Proses pengeluaran bahan-bahan sisa metabolisme ini disebut ekskresi.
Ekskresi membantu menjaga homeostasis dengan mempertahankan
lingkungan
dalam tubuh agar tetap stabil dan bebas dari materi-materi yang
membahayakan. Bahan-bahan hasil metabolisme yang harus
dikeluarkan dari
dalam tubuh di antaranya adalah karbon dioksida, kelebihan air,
dan urea.
Karbon dioksida dihasilkan di antaranya dari proses respirasi
seluler, sedangkan
urea adalah zat kimia yang berasal dari hasil pemecahan protein.
Alat-alat
ekskresi yang ada pada manusia adalah kulit, paru-paru, hati, dan ginjal.
Sistem ekskresi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sistem ekskresi adalah sistem
pembuangan zat-zat sisa pada makhluk hidup seperti karbon dioksida, urea, racun dan
lainnya.
§
Ginjal
§
Nefron
§
Usus
§
Feses
§
Kulit
§
Hati
§
1. Kulit
Sebagai alat ekskresi, kulit mengeluarkan keringat. Keringat
terdiri atas
air dan garam-garam mineral (terutama NaCl, itu sebabnya keringat
terasa
asin), serta sedikit sampah buangan, seperti urea, asam urat, dan
amonia.
Keringat dikeluarkan tubuh dalam jumlah besar ketika melakukan
kegiatan
berat dan berada di lingkungan yang panas. Pengeluaran keringat
juga
dipengaruhi oleh makanan, keadaan kesehatan, dan emosi.
Kulit dibagi menjadi dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis
. Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar dan lebih tipis
dibandingkan lapisan dermis. Epidermis terdiri atas beberapa
lapisan, yaitu
stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum, stratum granulosum,
dan stratum germinativum (Kurnadi, 1995 : 234).
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang berfungsi sebagai
pelindung
tubuh dari kerusakan/pengaruh lingkungan. Kulit berfungsi
sebagai
pelindung terhadap kerusakan-kerusakan fisik akibat gesekan,
penyinaran,
kuman-kuman, panas, zat kimia, dan lain-lain. Selain itu, kulit
juga berfungsi
untuk mengurangi kehilangan air, mengatur suhu tubuh, menerima
rangsang
dari luar, dan ekskresi.
Sebagai alat ekskresi, kulit terutama mengeluarkan limbah
metabolisme
berupa garam-garam (terutama garam dapur) dan sedikit urea, yang
dibuang
melalui pengeluaran keringat. Dari kapiler darah yang terdapat
pada kulit,
kelenjar keringat akan menyerap air dan larutan garam serta
sedikit urea.
Air beserta larutan garam dan urea yang terlarut kemudian
dikeluarkan
melalui pembuluh darah ke permukaan kulit tempat air diuapkan
dan
merupakan penyerap panas tubuh kita.
Kulit terdiri atas lapisan luar
yang disebut epidermis dan lapisan
dalam yang disebut dermis. Lapisan
luar berlapis-lapis terdiri atas korneum
yang mati dan selalu mengelupas,
stratum lucidum, stratum granulosum
yang mengandung pigmen,
dan stratum germinativum yang terusmenerus
membentuk sel-sel baru ke
arah luar. Di bawah lapisan
epidermis, terdapat dermis yang
mengandung akar rambut, pembuluh
darah, kelenjar, dan saraf. Di
bawah dermis terdapat lapisan lemak
yang bertugas menghalangi pengaruh
perubahan suhu di luar
tubuh.
Aktivitas kelenjar keringat ada di bawah pengaruh pusat pengatur
suhu
badan dan sistem saraf pusat. Sistem ini dirangsang oleh
perubahanperubahan
suhu di dalam pembuluh darah, kemudian rangsangan
dipindahkan oleh saraf simpatetik menuju kelenjar keringat. Oleh
karena itu,
jumlah kandungan larutan ataupun banyaknya keringat yang
dikeluarkan
selalu berbeda, semuanya ditujukan agar suhu badan selalu tetap.
Pengeluaran keringat yang berlebihan, seperti pada orang-orang
yang
bekerja keras akan menyebabkan lebih cepat merasa haus dan
sering
mengalami “lapar garam”. Demikian pula orang yang terkena terik
matahari,
keringat yang keluar akan banyak mengandung larutan garam.
Kehilangan
garam-garam dari larutan darah ini dapat menimbulkan
kejang-kejang dan
pingsan.
2. Paru-paru
Paru-paru berperan dalam proses ekskresi karena paru-paru
mengeluarkan gas karbon dioksida dan air melalui proses respirasi.
Dalam paru-paru, terdapat alveoli tempat terjadinya pertukaran gas
antara
oksigen dan karbon dioksida. Dinding alveoli dan kapiler sangat
tipis dan basah
sehingga memudahkan pertukaran gas
Setelah udara masuk ke alveolus, oksigen masuk melalui dinding
alveolus dan segera memasuki dinding kapiler darah. Sebaliknya,
karbon
dioksida dan air terlepas dari darah dan masuk ke alveoli untuk
selanjutnya
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Karbon dioksida dan air sebagai hasil sisa metabolisme
karbohidrat
dan lemak, harus dikeluarkan dari sel-sel tubuh melalui pembuluh
darah,
ke organ pernapasan yaitu paru-paru. Proses pengeluaran CO2 dan
H2O
dari sel-sel tubuh/jaringan ke paru-paru ini melalui suatu
proses berantai
yang cukup kompleks yang disebut pertukaran klorida (Chloride
shift).
Pertukaran klorida ini melibatkan peran sel darah merah, dan
plasma darah.
Jadi, materi yang diekskresikan dari paru-paru ialah sisa
metabolisme CO2
dan uap air. Pembahasan tentang paru-paru secara lebih detail
dapat
dipelajari pada sistem pernapasan.
3. Hati
Hati termasuk dalam sistem ekskresi karena hati mengeluarkan
empedu
Setiap hari, hati menyekresi sekitar 600–1.000 mL cairan
empedu. Cairan empedu terdiri atas kolesterol, lemak, hormon
pelarut lemak,
dan lesitin. Fungsi cairan empedu, di antaranya mengemulsi lemak
dalam
usus halus. Cairan empedu tersebut disimpan dalam kantung empedu
untuk
disalurkan ke dalam usus halus.
Sebagai bagian dari sistem ekskresi, hati menghasilkan produk
ekskretori,
seperti zat pewarna cairan empedu (bile pigmen), yaitu bilirubin. Bilirubin
berasal dari pemecahan hemoglobin darah yang berlangsung dalam
hati.
Hati terdiri dari bagian lobulus-lobulus yang berbentuk segi
enam.Setiap lobulus terdiri atas jejeran hepatosit (sel hati) seperti jari-jari
roda
melingkari suatu vena centralis. Di antara hepatosit terdapat
sinusoid
(kapiler yang melebar). Pada dinding sinusoid terdapat makrofag
yang
disebut sel Kuppfer, yang dapat memfagositosis sel-sel
darah rusak dan bakteri . Hati
disuplai oleh dua pembuluh darah, yaitu vena porta hepatica
yang
berasal dari lambung dan usus,
mengandung darah yang miskin
oksigen, tetapi kaya nutrien (asam amino, monosakarida,
asam lemak,
vitamin yang larut dalam air dan mineral). Arteri hepatica,
yaitu
cabang dari arteri coeliaca yang kaya oksigen.
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh kita. Hati dapat
berfungsi
sebagai kelenjar sekresi karena mampu menghasilkan zat-zat yang
berguna
dan sekaligus dapat berfungsi sebagai kelenjar ekskresi karena
dapat
menetralkan zat-zat racun yang selanjutnya harus dibuang.
Sebagai kelenjar
sekresi, hati menghasilkan garam empedu yang dapat mengemulsikan
lemak
sehingga lebih mudah dicerna, sedangkan sebagai kelenjar
ekskresi, hati melakukan dua fungsi penting, yaitu menetralisasi sisa
metabolisme protein
menjadi urea yang kemudian diekskresikan melalui urine, dan
merombak sel-sel darah merah yang telah tua menjadi bilirubin
yang
kemudian diekskresikan melalui feses.
Protein dalam tubuh setelah mengalami metabolisme akan
menghasilkan
zat-zat sisa yang mengandung nitrogen. Metabolisme protein
akan menghasilkan asam amino yang
selanjutnya diuraikan menjadi
NH4OH dan senyawa NH3. Senyawa terakhir tersebut bersifat
racun bagi
sel sehingga harus segera dibuang.
NH3 dalam sel segera diikat oleh karbon dioksida (CO2) dan
asam
amino ornitin membentuk asam amino sitrulin. Asam-asam
amino ini
tidak bersifat racun, relatif kecil
sehingga masih dapat berdifusi
meninggalkan sel masuk aliran darah dan akhirnya ke hati.
Sitrulin yang
masuk ke hati selanjutnya diubah oleh
enzim sitrulin transaminase menjadi arginin, dan arginin akan
diubah oleh
enzim arginase menjadi ornitin kembali dan urea. Urea keluar
dari hati
bersama aliran darah dan kemudian akan disaring melalui
glomerulus dalam
ginjal, dan keluar bersama urine. Ornitin yang dihasilkan
kemudian
digunakan kembali untuk menetralisasi NH3. Proses perubahan dari
ornitin
ke ornitin kembali merupakan suatu siklus dan disebut siklus
Krebs Ornitin
atau siklus Krebs Urea
eritrosit (sel darah merah) yang
dilepaskan tiap detik dari tempat pembuatannya, dan
sebanyak itu
pula yang rata-rata harus dirombak
lagi. Eritrosit yang telah tua akan
menjadi rusak dan harus segera dibinasakan di hati. Ada sel-sel
khusus yang bertugas “menangkap”
atau merombak eritrosit tua tersebut yang disebut
histiosit. Hemoglobin
yang terkandung dalam eritrosit
yang telah tua akan dipecah menjadi heme dan globin. Heme
terdiri atas
zat besi (Fe) dan cincin porfirin. Zat besi tersebut
kemudian diambil dan
disimpan di hati selanjutnya disimpan
dalam sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru.
Cincin porfirin diubah menjadi
biliverdin dan direduksi lagi menjadi
bilirubin. Bilirubin dilepaskan ke
dalam darah. Di dalam usus, bilirubin
diubah menjadi urobilinogen
yang kemudian diekskresikan oleh
ginjal dalam bentuk urine. Urobilinogen memberikan warna
kuning pada
urine, sedangkan urobilinogen dan
bilirubin memberi warna kuning pada tinja/feses. Skema
perombakan
sel darah merah oleh hati
4. Ginjal
Ginjal adalah organ utama dalam sistem ekskresi. Ginjal
mengeluarkan
urea, kelebihan air, dan material sampah lainnya dalam bentuk
urine. Urine
dialirkan melalui ureter menuju kantung urine. Keinginan untuk
mengeluarkan urine muncul ketika kantung urine terisi penuh. Urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Ginjal manusia berbentuk seperti kacang dengan panjang kira-kira
13
cm, lebar 8 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal berukuran lebih kurang
seukuran
dengan kepalan tangan Anda. Ukuran organ tersebut memang kecil,
tetapi
mempunyai fungsi dan efektivitas kerja yang sangat mengagumkan.
Manusia
mempunyai dua buah ginjal yang terletak di sebelah kanan dan kiri
tubuhnya
Dari bagian luar ke dalam, ginjal terdiri
atas tiga lapisan,
yaitu korteks
renalis (korteks), medula renalis (medula) dan pelvis
renalis.
Unit fungsional terkecil dari ginjal
disebut nefron. Nefron terletak di
korteks renalis dan medula renalis.
Nefron terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu glomerulus (tempat darah
disaring), kapsula Bowman, dua buah
tubulus panjang. Tubulus tersebut dibagi
menjadi tubulus kontortus
proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal, dan yang terakhir
adalah tubulus pengumpul
Ginjal merupakan alat ekskresi utama pada vertebrata, termasuk
manusia.
Limbah metabolisme yang dibuang melalui ginjal adalah urine yang
mengandung air, garam-garam, dan limbah yang mengandung
nitrogen.
Dengan diproduksinya urine, maka ginjal kita akan mempertahankan
volume dan komposisi darah/cairan tubuh serta mempertahankan
keseimbangan air, elektrolit, dan pH tubuh (homeostasis). Hal
ini dapat terjadi
karena ginjal dapat mengekskresi sampah metabolisme dan air
dalam jumlah
tertentu secara selektif agar cairan tubuh kita selalu dalam
keadaan yang
optimum untuk kesehatan.
a. Struktur Ginjal
Dalam tubuh manusia terdapat sepasang ginjal yang terletak di
dekat
tulang-tulang pinggang. Ginjal manusia berbentuk seperti kacang
merah
berukuran sekitar 2,5 x 7 x 10 cm. Dari tiap-tiap ginjal, urine
dialirkan oleh
pembuluh ureter ke kandung urine (vesica urinaria), dan melalui
uretra
dikeluarkan dari tubuh.
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut
korteks
atau kulit ginjal, dengan tebal sekitar 1 cm. Pada bagian ini
terdapat bagian
ginjal yang paling penting, yaitu nefron, yang merupakan unit
fungsional
penyusun utama ginjal. Bagian dalam ginjal disebut medula atau
sumsum
ginjal. Medula memiliki bentuk seperti piramid yang puncaknya
mengelilingi
pelvis. Pada puncak piramid terdapat lubang-lubang kecil tempat
keluarnya
pembuluh penyalur urine ke dalam pelvis
B Gangguan pada Sistem Ekskresi
Gangguan pada sistem ekskresi yang umum terjadi antara lain
sebagai
berikut.
1. Sistitis (Cystitis) adalah peradangan yang terjadi di kantung
urinaria.
Biasanya, terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Hematuria, terjadi ketika
ditemukan eritrosit dalam urine. Penyebabnya
bermacam-macam, seperti adanya batu dalam ginjal, tumor di renal
pelvis, ureter, kandung kemih, kelenjar prostat atau uretra.
3. Glomerulonefritis adalah peradangan yang
terjadi di glomerulus
sehingga proses filtrasi darah terganggu.
4. Batu ginjal adalah adanya objek keras yang ditemukan di pelvis renalis
ginjal. Komposisi batu ginjal adalah asam urat, kalsium oksalat,
dan
kalsium fosfat. Batu ginjal terjadi karena terlalu banyak
mengonsumsi
garam mineral, tetapi sedikit mengonsumsi air. Batu ginjal
tersebut
sering mengakibatkan iritasi dan pendarahan pada bagian ginjal
yang
kontak dengannya.
5. Gagal ginjal, terjadi karena
ketidakmampuan ginjal untuk melakukan
fungsinya secara normal. Hal ini dapat terjadi karena senyawa
toksik,
seperti merkuri, arsenik, karbon tetraklorida, insektisida,
antibiotik,
dan obat penghilang sakit pada tingkat yang tinggi. Gagal ginjal
dapat
diatasi dengan dialisis. Kita lebih
mengenalnya sebagai proses cuci
darah. Jika kerusakan ginjal sangat parah, dapat dilakukan
transplantasi
ginjal yang baru
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar